![]() |
| dewane rock su |
Narasi kebudayaan dan kaitannya dengan kultur social di masyarakat bukan hal yang mudah untuk dipetakan. Dari pengamatan pada kultur music cadas dan infiltrasi budaya popular pada masyarakat, ada negosiasi ideologis yang membentuk kelompok ini menjadi bagian integral dalam
narasi sejarah kebudayaan masyarakat.
Adalah Yuka Dian Narendra mangoenkoesoemo yang Lahir di Jakarta tanggal 15 September 1972, peneliti muda yang sedang mencoba memetakan dan mengidentifikasi kultur budaya masyarakat dalam desertasi yang coba diselesaikannya. Pria 41 tahun yang saat ini masihn mengambil program S3 di fakultas Budaya Universitas Indonesia ini sedang melakukan pengamatan dan penelitian pada sub-kultur masyarakat penggemar music rock, dimana dimana kultur yang satu ini seringkali
dicap sebagai anak haram kebudayaan. Padahal sebagaina kultur kebudayaan lainnya,
“Padahal kalau dilihat, setiap bentuk kultur mempunyai jejaring dan ekosistemnya sendiri. Budaya popular tak dapat berdiri sendiri tanpa ada ideology dan keterkaitan dengan sub-kultur lainnya. Budaya populer seperti music rock juga, itu tak sekedar produk ekonomi semata, tetapi ada kaitannya dengan sosio-politik yang punya landasan ideologis,” jelasnya pengemar music cadas ini membuka pembicaraan.
Menurutnya, ada kesalahan strategi budaya yang diterapkan. Antara lain, pemegang kewenangan cenderung membingkai kebudayaan hanya sebagai sebuah produk yang bisa dinominalkan. Dalam arti,produk budaya
hanya dipandang dari sisi ekonomis, budaya dilihat hanya dari sisi komersilnya saja. Padahal budaya sendiri adalah cerminan dari pemikiran dan tingkah laku dalam masyarakat, yang nantinya pasti akan dalam membentuk pola kebudayaan baru yang berkembang. Jika konsep
strategi kebudayaan ini terus dilakukan, maka dikhawatirkan hal ini akan membentuk budaya masyarakat yang materialis dan tak punya
karakter.
“Strategi budaya harus dirubah. Yakni bagaimana seharusnya membentuk cara pandang masyarakat dalam memandang kebudayaan sesuai dengan tracknya, sehingga bisa membentuk masyarakat yang dewasa dan matang.
Selain itu, adanya kultur budaya yangberbeda-beda harusnya saling terkait dan melengkapi, bukannya saling meniadakan. Harus ada negosiasi antarkultur budaya yang berbeda tersebut sehingga nanti akan membentuk kultur pola yang baru,” paparnya.
Dijelaskannya bahwa setiap zaman punya generasi yang selalu memberontak. Dalam arti, mereka berusaha menciptakan tatanan, yang sesuai dengan yang ada didalam otak mereka. Dan terutama kentara sekali, pemberontakan dilakukan sesuai dengan cara anak muda. Saat ini, banyak pemuda yang berusaha menjadi diri mereka sendiri dengan menciptakan identitas mereka sendiri. Seringkali, pemberontakan yang mereka lakukan terhadap tatanan yang ada diekspresikan melalui produk
kebudayaan, salah satunya adalah music cadas. Menurutnya, infiltrasi budaya kerap kali masuk melalui budaya popular, meskipun budaya popular ini banyak dianggap sebagai budaya kelas dua. Tetapi karena cakupan budaya pop ini begitu luas, maka pengaruhnya pun sangat besar dalam mengkonstruksi budaya di masyarakat.
“Semisal setiap perubahan kebudayaan dan bakan agamas sekalipun selalu masuk melalui budaya popular. Di setiap perubahan agama dan kebudayaan, pasti ada sekelompok masyarakat yang mencoba menerapkan tatanan yang dirasakan sesuai pada zaman tersebut,” tambah pria Lulusan program studi desain komunikasi visual, Fakultas Desain dan Tehnik Perencanaan Universitas Pelita Harapan, Tangerangm dan selama kurun 2001 sampai 2004 menjadi staf pengajar di jurusan desain komunikasi visual dan desain interior Universitas Pelita Harapan dan juga menjadi staf pengajar Cybermedia College ini.
Kedatangannya ke solo kali ini juga tak lepas dari disertasi yang sedang dikerjakannya. Selain terlibat dalam pembuatan video dokumentasi Rock in Solo yang akan dihelat sabtu-minggu besok, dirinya juga akan meneliti perihal solo yang sedari awal dikonstruksi pemerintah sebagai gudang tradisi dan sejarah. Tetapi disisi lain, Solo juga tidak bisa dilepaskan dari pembentukan sejarah budaya popular, utamanya music cadas sebagai salah satu representasi budaya popular modern di Indonesia. Sebagai contoh, band cadas laiknya Kaisar, Trencem, Young Brothers dan kelompok lain yang menjadi tonggak music rock diindonesia, lahir di solo. Dari sisi itulah, bisa diidentifikasi bahwasanya di solo mempunyai potensi keberagaman budaya yang sangat tinggi untuk digali lebih dalam, bukan melului soal
tradisi.
![]() |
| dewane gitar ndes |
“Untuk di Indonesia, hanya bandung, Jakarta dan solo yang punya andil besar dalam sejarah music rock di Indonesia. Tetapi bandung dan Jakarta lain kedua kota tersebut memang sudah dikonstruksi menjadi
kota modern sejak jaman colonial. Beda dengan solo yang punya basis tradisi yang amat kuat, tetapi mempunyai pengaruh yang besar pada budaya popular,” terangnya.
Pria beristri dengan satu anak ini juga menambahkan, bahwa kebudayaan, dalam hal ini tradisi tidak seharusnya stagnan. Budaya adalah hal yang dinamis dan selalu berubah. Strategi budaya adalah dengan menggali masa lalu untuk mengkonstruksi masa depan. Ada nilai yang harus
dirubah, ada pola yang harus dibuang. Budaya adalah hal yang progresif, mengidentifiksi budaya dan tradisi bukan untuk menggali chauvinisme yang lebih besar.
Pilihannya untuk mengulik music rock dengan berbagai atributnya untuk salah satu bahan disertasinya sendiri dia lakukan karena kecintaannya pada aliran music ini. Suatu hal yang dikatakannya untuk
“memperjuangkan kelompoknya” agar diterima secara wajar di masyarakat.
“narasi tradisi atau sejarah bukan hal yang beku. Dimana narasi yang mengkonstruksi bobroknya kebudayaan dalam masyarakat sekarang ini pasti dari pemerintah yang salah dalam menerapkan strategi
kebudayaannya. Dan Rock in solo adalah salah satu perlawanan untuk represi tersebut. Dimana anak muda mencoba menemukan identitas melalui caranya sendiri, yakni dengan pemberontakan atas represi kebudayaan, dimana music rock dan segala atributnya sekarang ini cenderung dicapnegative oleh masyarakat,” pungkas pria yang sampai saat ini aktif di Jakarta biennale dalam beberapa kesempatan tersebut.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar