Keris dan sebagainya
Keris, bagi masyarakat jawa bukan melulu senjata dalam artian praktis. Keris yang bila dalam perang hanya keluar dari sarung ketika dalam keadaan terdesak, lebih cenderung menjadi wujud kompleksivitas spiritualitas masyarakat jawa. Sebuah symbol spiritual sebagaimana symbol dalam produk kebudayaan lain. pengejawantahan ini bisa ditelusuri dari berbagai proses pembuatan hingga detail fisik yang ada dalam keris. Menurut Ronggojati Subiyanto, salah satu tokoh yang mengamati dunia tosan aji, dari wujudnya saja sudah bisa dilihat bahwa keris dibuat bukan untuk senjata dengan kepentingan praktisnya saja. Dijelaskannya bahwa ada 2000an jenis pamor, 63 dapur dapur pakem keris lurus, 17 dapur pakem keris lik 3, 19 dapur pakem keris luk 5, dan seterusnya sampai luk 29, dimana semua luk untuk keris adalah angka ganjil dan sebagainya.
Tiap lekukan dalam keris bukan semata ornamen yang bermaksud pelengkap estetis saja. Ada banyak penjabaran makna dan arti dari setiap lengkung bilahnya. Keris, sebagai salah satu senjata pusaka dalam masyarakat jawa mempunyai nilai tangible dan intangible yang sudah disematkan sejak pertama kali keris tersebut dibuat. Sebagaimana sebuah karya seni, nilai filosofis keris sudah disematkan dalam proses pembuatannya. Didalam keris tersemat sebuah ide, bukan melulu sebagai sebuah senjata tikam. Semisal dalam sebilah keris, secara umum terdapat dua bagian, yakni wilahan atau bilah serta pesi, bagian berukir di pangkal wilahan. Di pesi sendiri terdapat macam-macam bagian, seperti tiket alis, kembang kacang dan sebagainya. Dimana pada bagian ini ada juga wujug aksara jawa yang mengartikan sesuatu.
“Dalam pamor, yang terkenal adalah pamor beras wutah dan sebagainya. Pamor ini juga tidak dibuat sembarangan, tergantung dari maksud apa keris tersebut dibuat. Intinya bahwa selain kajian estetika, keris sendiri mempunyai nilai filosofisnya sendiri. Keris merupakan salah satu perwujudan symbol spiritual masyarakat jawa,” jelasnya.
Mengidentifikasi makna dalam setiap tindak tanduk budaya jawa bukan hal mudah. Bagi masyarakat jawa, ada istilah yang menjadi patokan dalam spiritualitas masyarakat jawa, bahwa setiap kata mempunyai makna. Hal itu bisa diidentifikasi dari bentuk beragam ritual, tradisi serta produk kebudayaannya. Dalah gerak tari jawa, satu jentikan jari dan kerlipan mata bukanlah sebuah kesengajaan yang tak mempunyai arti. Sebagaimana keris, mulai dari bilah, gagang hingga sarungnya mempunyai makna yang bisa dibaca. Setiap detail dibuat dengan cermat untuk tujuan tertentu.
Dari pembacaan symbol pada keris inilah, keris menjadi tuntunan hidup bagi pemiliknya. Arti pusaka pada sekarang ini bukan mengacu pada hal mistis, tetapi lebih bersifat spiritual. Karena itulah, biasanya si empunya keris akan meminta sebilah keris dengan pamor ataupun ornament yang sesuai dengan sisi spiritualnya atau dengan derajat kepangkatannya dalam masyarakat.
“artinya adalah keris yang memiliki makna-makna tertentu menjadi semacam penanda untuk menjadi tuntunan hidup. Keris mempunyai symbol-simbol yang harus dibaca sesuai dengan karakter keris tersebut. Dari situlah sekarang ini makna keris menjadi pusaka,” tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar